| TERIMAKASIH BUNGA | #Merapikan7
Epilog; Halaman terakhir;
Dulu aku menggangapmu seperti bunga, bunga yang terikat pada pohonnya dan tak bisa kemana mana. Maaf aku keliru, sekarang bunga itu masih tetap hidup walau sudah lepas dari batangnya, malah dia tambah mekar di lihat cantik apalagi jikalau hujan rintik memantik kecantikan tiada tara.
Bunga sudah menepati janjinya untuktumbuh menjadi dewasa dengan caranya
sendiri dan bahagia dengan cara yang luar
biasa. Tapi, aku masih penuh andai apakah
bunga pernah menganggap seseorang yang dulu pernah datang untuk menyiramnya?. Entahlah, seharusnya melihatnya saja aku sudah bahagia.
Walau sekarang aku melihatnya dari tempat yang berbeda tetapi aku masih senang bunga masih menjelma menjadi sesuatu yang indah bagi siapa saja yang melihatnya.
Bunga datang dan membawa riang di tengah yang hilang, memberi tenang tengah sepinya ruang, memberi harap pada semangat yang terkikis hilang.
Bunga, aku sering berandai di sela sela badai tentang masa depan, kau menggangapnya apa?.
Terkadang kau berbohong,
menyembunyikan semuanya seolah tak
terjadi apa-apa. Keras kepala.
Bunga, sekarang kalau harimu jelek kau tidak perlu mengatakan itu kepadaku lagi, karena engkau sudah mendapatkan apa yang kau cari (?), memang tak semua berjalan sesuai keinginan, semua jiwa punya caranya sendiri untuk menghadapi kenyataan. Kau tak lebih besar dari bumi, semua risaumu hanya firasat sesaat atas ke gundahan mu. Jadi tenanglah.
Bunga, TerimaKasih pernah membuat pria ini bahagia dengan cantik dan indahmu, maaf kalau aku sudah terlalu bertumpu, yang ku tahu aku juga harus melaju, kau bukan penjahat di ceritaku, tetapi untuk memilikimu memang aku tak mampu. Sekali lagi terimakasih bunga dan selamat untukmu.
Bagian Terakhir di Album Merapikan
- Hutama, 04 Februari 2024
Komentar
Posting Komentar